Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Mencatat Masih Ada Tiga Sektor Bisnis yang Masih Berdarah-Darah

25 April 2024, 07:25 WIB
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Mencatat Masih Ada Tiga Sektor Bisnis yang Masih Berdarah-Darah di Tengah /Pexels.com /fauxels/

INFOTEMANGGUNG.COM – Berikut inilah contoh jawaban Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat masih ada tiga sektor bisnis yang masih berdarah-darah di tengah perekonomian yang sudah pulih dan tumbuh tinggi.

Studi kasus “Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat masih ada tiga sektor bisnis yang masih berdarah-darah di tengah perekonomian” ini menarik untuk diulas.

Yuk perhatikan studi kasus Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat masih ada tiga sektor bisnis yang masih berdarah-darah di tengah perekonomian ini.

Untuk teman-teman yang penasaran, yuk simak pembahasan berikut ini.

Soal Lengkap

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat masih ada tiga sektor bisnis yang masih berdarah-darah di tengah perekonomian yang sudah pulih dan tumbuh tinggi.

Wakil Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo Darwoto mengatakan sektor usaha yang masih tertekan sampai saat ini adalah alas kaki, tekstil dan manufaktur.

"Itu ada dua penyebabnya sebetulnya. Pertama karena pengaruh digitalisasi yang makin gencar dan dari gobal, lalu permintaan yang turun," ujarnya dalam media briefing, Kamis (21/12).

Menurutnya, saat pandemi ketiga sektor tersebut memang paling terdampak dan sampai saat ini belum pulih sama sekali.

Sehingga, dikhawatirkan pemutusan hubungan kerja (PHK) masih akan terjadi, meski tak semasif sebelumnya. PHK ada, penyesuaian terhadap bisnis.

Jadi pengurangan masih akan tetap ada," jelasnya.

Kendati begitu, ia menyebutkan ada juga sektor usaha yang membuka lapangan kerja baru dan merekrut pekerja lagi.

Misalnya sektor perhotelan yang saat ini juga telah pulih.

"Perhotelan kan kita lihat, mereka saat pandemi itu kan PHK besar-besaran, sekarang mulai rekrut-rekrut lagi.

Jadi ini memang situasi usaha masih penuh dengan ketidakpastian," pungkasnya.

pertanyaannya:

1. Dalam konteks penurunan permintaan dan tekanan pada sektor alas kaki, tekstil dan manufaktur, bagaimana perusahaan dapat menggunakan analisis biaya untuk mengidentifikasi area-area di mana efisiensi operasional dapat ditingkatkan?

2. Bagaimana konsep biaya variabel dan biaya tetap dapat diterapkan dalam mengelola kembali strategi harga produk untuk mengatasi penurunan permintaan dalam sektor bisnis yang disebutkan?

3. Mengingat ketidakpastian dalam situasi bisnis dan potensi PHK, bagaimana perusahaan dapat menggunakan analisis biaya untuk memutuskan apakah lebih baik untuk melakukan outsourcing produksi atau mempertahankan produksi internal dalam sektor tekstil atau manufaktur?

Contoh Jawaban

1. Menggunakan Analisis Biaya untuk Mengidentifikasi Area Efisiensi Operasional:

- Melakukan Analisis Biaya Rinci: Perusahaan harus memulai dengan analisis biaya yang mendalam untuk setiap aspek operasional, termasuk bahan baku, tenaga kerja, produksi, distribusi, dan overhead. Analisis ini membantu mengidentifikasi area di mana biaya dapat ditekan atau dihilangkan tanpa mengorbankan kualitas produk.

- Melihat Faktor Biaya: Bandingkan biaya operasional dengan perusahaan lain dalam industri yang sama untuk mengidentifikasi perbedaan biaya dan menemukan peluang efisiensi.

- Melihat Apa Saja Faktor Pemborosan: Gunakan teknik seperti lean manufacturing atau kaizen untuk mengidentifikasi pemborosan dalam proses produksi, seperti waktu tunggu, kelebihan produksi, dan persediaan berlebih.

2. Mengelola Strategi Harga Produk Menggunakan Konsep Biaya Variabel dan Biaya Tetap:

- Biaya Tetap: Biaya tetap seperti sewa, utilitas, dan gaji tetap tidak berubah dengan volume produksi. Perusahaan harus mengoptimalkan penggunaan kapasitas produksi untuk membagi biaya tetap di antara lebih banyak unit produk.

- Biaya Variabel: Biaya variabel seperti bahan baku dan tenaga kerja langsung bervariasi dengan volume produksi.

Perusahaan dapat menyesuaikan harga produk untuk menutupi biaya variabel dan menghasilkan keuntungan.

- Melakukan Strategi Harga yang Dinamis: Pertimbangkan menggunakan strategi harga dinamis berdasarkan permintaan pasar untuk memaksimalkan pendapatan. Misalnya, menawarkan diskon selama periode permintaan rendah atau meningkatkan harga ketika permintaan tinggi.

3. Menggunakan Analisis Biaya untuk Memutuskan Outsourcing atau Produksi Internal:

- Melakukan Analisis Biaya Secara Keseluruhan : Perusahaan harus membandingkan biaya total produksi internal (termasuk biaya tetap dan variabel) dengan biaya outsourcing. Ini mencakup biaya langsung dan tidak langsung dari produksi internal.

- Mempertimbangkan Kualitas: Selain biaya, perusahaan juga harus mempertimbangkan kualitas produk dan tingkat kontrol yang mereka miliki atas proses produksi saat memutuskan untuk meng-outsource atau mempertahankan produksi internal.

- Melihat Apa Saja Risiko dan Keandalan Pemasok: Jika mempertimbangkan outsourcing, perusahaan harus mengevaluasi risiko yang terkait dengan keandalan dan kualitas pemasok eksternal.

Baca Juga: Menurut Anda, Pengambilan Keputusan Manajerial Itu Apa? Dapatkah Anda Menjelaskan Jenis-Jenis Kategori

- Melihat Fleksibilitas dan Skalabilitas: Outsourcing dapat memberikan fleksibilitas dalam merespons perubahan permintaan pasar, sementara produksi internal mungkin lebih efektif jika volume produksi tetap tinggi.***

Disclaimer:

Kebenaran jawaban diatas tidak mutlak. Jawaban tersebut bersifat terbuka sehingga bisa dieksplorasi lagi lebih lanjut.

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler