Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 167 Kurikulum Merdeka, Tabel 5.7 Struktur Teks Tanggapan

30 Maret 2024, 21:14 WIB
Apakah penulis telah memunculkan keunikan tokoh? /Pexels / Pixabay/

INFOTEMANGGUNG.COM - Berikut ini kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 7 halaman 167 dimana kita akan membahas Tabel 5.7 tentang teks tangaapan.

Kunci jawaban ini didasarkan atas buku Bahasa Indonesia kelas 7 Kurikulum Merdeka.

Soal Bahasa Indonesia kelas 7 halaman 167 berikut ini membahas tentang analisis struktur teks.

Baca Juga: Kunci Jawaban Sosiologi Kelas 12 Halaman 4 Kurikulum Merdeka Bab 1: Uji Pengetahuan Awal

Kalian dapat menggunakan kunci jawaban untuk membantu proses belajar anak.

Mari simak kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 7 halaman 167 di bawah ini.

Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 167 Kurikulum Merdeka, Tabel 5.7 Struktur Teks Tanggapan

Tabel 5.7 Analisis Struktur Teks Tanggapan

Soal 1. Apakah tema yang diangkat penulis menarik minat pembaca?

Jawabannya: Ya, tema tersebut menarik minat pembaca.

Soal 2. Apakah penulis telah memunculkan keunikan tokoh?

Jawabannya: Ya, penulis memunculkan keunikan tokoh, misalnya saat bekerja keras meski keadaan susah.

Baca Juga: Kunci Jawaban Sosiologi Kelas 12 Halaman 34 35 Kurikulum Merdeka Bab 1: Refleksi

Soal 3. Apakah isi tulisan tersebut mudah dipahami?

Jawabannya: Ya. Bahasa yang digunakan penulis cukup komunikatif, seperti mengajak mengobrol. Kalimat yang digunakan pendek-pendek dan runut sehingga mudah dipahami.

Soal 4. Apakah tulisan tersebut memberikan pesan yang berguna untuk dapat kalian amalkan dalam kehidupan sehari-hari?

Jawabannya: Ya, saya paling menyukai kutipan dari Pak Habibie di akhir kisah, “… Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik di hidupmu, dan belajarlah menjadi pribadi yang kuat dengan hal-hal buruk di hidupmu.”

Hal ini membuat saya menyadari bahwa kesulitan itu bukan halangan, tetapi justru kesempatan.

Baca Juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 Halaman 205 206 207 Kurikulum Merdeka, Membedah Kosakata

B.J. Habibie, Perpaduan Kecerdasan dan Kekuatan Tekad

Siapa yang tidak kenal dengan Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang lebih sering dipanggil dengan nama B.J. Habibie? Beliau adalah salah satu putra bangsa berprestasi yang dikenal karena kecerdasannya, tak hanya di Indonesia, namun juga di negara lain.

Selain keahliannya di bidang teknologi pesawat terbang dan penemu rumus Faktor Habibie, pria kelahiran Pare-Pare, 25 Juni 1936 ini juga pernah menjabat sebagai Presiden Indonesia yang ke-
3.

Sejak kanak-kanak, Habibie yang memiliki kegemaran menunggang kuda dan membaca ini memang sudah dikenal sangat cerdas. Apakah cukup kecerdasan untuk meraih sukses? Ternyata tidak. Mari kita simak perjalanan hidup Bapak Teknologi Indonesia ini lebih lanjut.

Kehilangan dan Perjuangan

Habibie tumbuh dalam keluarga besar dengan tujuh saudara. Ia adalah anak keempat. Ayahnya bernama Alwi Abdul Jalil Habibie, seorang ahli pertanian. Sang Ibu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo adalah seorang spesialis mata.

Namun, pada usia yang masih sangat muda, yaitu 14 tahun, Habibie harus kehilangan ayahnya yang terkena serangan jantung. Hal ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan Habibie. Tak hanya pindah ke Kota Bandung, ia pun melihat perjuangan ibunya yang harus membanting tulang untuk membiayai kehidupan mereka.

Di kota barunya, Habibie melanjutkan pendidikan di SMAK Dago. Ia lalu melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia Bandung yang saat ini dikenal dengan nama ITB, mengambil jurusan Teknik Mesin.

Berkat perjuangan ibunya dan tekad kuatnya untuk sukses, Habibie berhasil terbang ke Jerman, bersekolah di Rhein Westfalen Aachen Technische Hochschule, mengambil jurusan Teknik Penerbangan spesialisasi konstruksi pesawat terbang.

Pendidikan Habibie di Jerman memakan waktu hampir selama 10 tahun. Ia berjuang keras, belajar sambil bekerja praktik. Libur kuliah pun menjadi kesempatan emas bagi Habibie untuk belajar, mengikuti ujian, dan mencari uang agar bisa membeli buku.

Tahun 1960 Habibie mendapat gelar Diploma Ing dari Technische Hochschule dengan predikatnya Cum Laude atau sempurna. Nilai rata-rata yang dikantongi Habibie saat itu adalah 9,5. Tak berhenti di sana, Habibie langsung melanjutkan studi ke Technische Hochschule Die Facultaet de Fuer Maschinenwesen Aachen untuk mendapatkan gelar doktor.

Perjuangan terasa makin berat dan menantang setelah pernikahannya pada tahun 1962 dengan Hasri Ainun. Habibie sering harus berjalan kaki ke tempat kerjanya yang jauh untuk menghemat uang dan pulang malam padahal ia masih harus belajar untuk studinya.

Tetapi tentu saja, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Habibie akhirnya berhasil meraih gelar Doktor Ingenieur dari Technische Hochschule Die Facultaet de Fuer Maschinenwesen Aachen dengan nilai summa cumlaude atau sangat sempurna. Rata-rata nilainya yang diperolehnya adalah 10!

Pengakuan dan Penghargaan

Habibie menemukan rumus yang dapat menghitung keretakan atau krack propagation on random sampai ke atom-atom pesawat terbang. Rumus ini dinamai “Faktor Habibie”, yang merupakan salah satu prestasi Habibie yang paling terkenal sehingga ia dijuluki sebagai Mr. Crack.

Dengan kegeniusannya ini, tak heran jika beliau mendapat banyak penghargaan, baik dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 1967, Habibie mendapat gelar Profesor Kehormatan atau Guru Besar ITB, serta Ganesha Praja Manggala, yaitu penghargaan dari ITB.

Dari lembaga internasional, Habibie pun mendapatkan banyak pengakuan. Mulai dariGesselschaft fuer Luft und Raumfahrt, yakni lembaga penerbangan di Jerman, The Royal Aeronautical Society London yang ada di Inggris, The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace di Prancis, The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences di Swedia dan bahkanThe US Academy of Engineering di Amerika Serikat.

Habibie juga berhasil meraih penghargaan yang hampir setara Hadiah Nobel, yaitu Edward Warner Award serta Award von Karman.

Demikian kunci jawaban Bahasa Indonesia kelas 7 halaman 167 dimana kita akan membahas Tabel 5.7 tentang teks tangaapan. Semoga bermanfaat.***

Disclaimer:

Jawaban yang tertera di atas sifatnya tidak mutlak.
Jawaban tersebut bersifat terbuka sehingga bisa dieksplorasi lagi lebih lanjut.

Editor: Mariyani Soetrisno

Sumber: Buku.kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler