Setting waktu film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini adalah sekitar abad ke-16 dan 17.
2. Awal mula pembuatan
Gamplong Studio Alam merupakan ide dari Mooryati Soedibyo, pemilik produk kecantikan Mustika Ratu yang melihat peluang hebat dari alam Gamplong. Ia ingin ikut mendukung karya seni seperti film. Mooryati Soedibyo mengarahkan Hanung Bramantyo untuk membuat Film Sultan Agung : The Untold Love Story pada 2017 di sana.
Setelah syuting selesai, pihak Mooryati Soedibyo menghibahkan studio ini kepada pemerintah daerah setempat.
Baca Juga: Candi Cetho, Candi Mistis di Atas Awan, Wisata Solo yang Hadirkan Suasana Hindu Bali
3. Wisata edukasi perfilman
Gamplong Studio Alam ini memiliki area cukup luas. Tempat wisata ini pas digunakan sebagai wisata edukasi perfilman sebab terdapat properti dan setnya yang dibuat sedetail mungkin.
Gamplong Studio bertujuan memberi pendidikan kepada masyarakat bagaimana proses pembuatan film dan apa yang dibutuhkan untuk menyuguhkan suatu tontonan berkualitas.
4. Benteng zaman Belanda
Benteng yang ada di Gamplong Studio bukan merupakan benteng asli dari zaman Belanda. Benteng ini merupakan salah satu setting yang dipakai untuk syuting film. Meski hanya untuk keperluan syuting, namun Anda bisa berfoto di depannya.
5. Pendopo Joglo
Di Studio Alam Gamplong ada Pendopo Joglo. Pendopo itu dijadikan tempat untuk berkumpul, berdiskusi atau musyawarah. Bangunannya berbentuk rumah Joglo cukup luas, tetapi tanpa penutup di setiap sisinya. DIsamping itu, pendopo ini dikelilingi pagar yang tinggi dengan gapura yang besar.
6. Pasar tradisional zaman dulu
Agar memperkaya kesan pada zaman dulu, pada Gamplong Studio disediakan set pasar tradisional. Pasar ini menjual aneka buah dan sayur. Ada juga warung makan zaman dulu yang terbuat dari papan kayu.
Baca Juga: Kuliner Pasar Gede Solo dan Berburu Oleh-oleh, di Satu Tempat Saja Sudah Mencakup Semua