Pura Mangkunegaran, Istana Luas dengan Bagunan Tanpa Paku, Lokasi Pernikahan Kaesang Pangarep

- 26 November 2022, 14:16 WIB
Pura Mangkunegaran, Istana Luas dengan Bagunan Tanpa Paku, Lokasi Pernikahan Kaesang Pangarep
Pura Mangkunegaran, Istana Luas dengan Bagunan Tanpa Paku, Lokasi Pernikahan Kaesang Pangarep /Surakarta Tourism/

INFOTEMANGGUNG.COM - Salah satu lokasi wisata Kota Solo, Pura Mangkunegaran menjadi perbincangan karena akan dipakai sebagai lokasi pernikahan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden RI Jokowi. Istana Mangkunegaran sangat luas dengan bangunan unik tanpa paku.

Sejarah Pura Mangkunegaran

Pura Mangkunegaran ialah istana tempat kediaman para raja/ adipati Mangkunegaran memiliki  pendopo paling besar di Indonesia.

Istana didirikan tahun 1757 setelah Perjanjian Salatiga oleh Raden Mas Said atau Mangkunegara I. Pembangunan Pura Mangkunegaran diteruskan pemimpin Mangkunegaran selanjutnya.

Lokasi dan Bangunan

Pura terletak di Jalan Ronggowarsito, Banjarsari, Solo. Istana terdiri atas dua bagian yakni pendopo dan dalem diapit tempat tinggal keluarga raja Mangkunegara X Bhre Cakrahutama Wira Sudjiwo.

Kompleks bangunan terbagi jadi tiga halaman. Yang pertama dinamakan pamedan, sebuah lapangan persegi panjang . Pada sebelah timur pamedan itu ada bangunan Kavaleri Artileri 2 lantai bergaya Eropa, markas pasukan Legiun Mangkunegaran zaman dahulu.

Pada belakang pamedan ada pintu gerbang ke arah halaman kedua, dimana terdapat Pendopo Ageng berbentuk Joglo namun arsitekturnya bergaya Jawa-Eropa.

Baca Juga: Indahnya Little Venice di Tanah Bogor, Venesia Jadi Dekat dengan Kita

Pendopo ini dipakai untuk tempat pertunjukan tari dan wayang. Sebelah timur pendopo ada Perpustakaan Reksa Pustaka, yang dibangun Mangkunegara IV di lantai dua bangunan Hamongpraja. Perpustakaan ini juga jadi kantor rumah tangga urusan istana.

Sebelah utara pendopo ada peringgitan Dalem Agung, yaitu tempat tinggal keluarga raja sekaligus museum.

Pringgitan mempertunjukkkan berbagai macam benda seni termasuk perhiasan, senjata, pakaian, sampai lukisan penguasa Mangkunegaran karya Basoeki Abdullah, juga berfungsi sebagai ruang keluarga untuk menerima pejabat.

Taman sebelah utara barat kompleks Pura Mangkunegaran itu atau Taman Pracima (Pracima Tuin) yang tadinya lapangan tenis dimanfaatkan masyarakat lebih produktif sebagai ruang publik, termasuk pusat pengembangan seni dan budaya.

Taman Pracima jadi pusat budaya Jawa dengan bangaunan Pracimasana, Pracimaloka dan Pracimawisik sebagai tempat pengembangan kesenian, budaya, dan juga UMKM serta kuliner khas Mangkunegaran.

Selain tempat interaksi publik, Pracima ialah ruang terbuka hijau, dukungan pada Pemerintah Solo sebagai paru-paru kota dan perluasan area resapan air tanah. Kompleks taman dikelilingi tembok, kecuali pamédan yang dikelilingi pagar besi.

Taman bagian dalam ditumbuhi pohon yang berbunga serta tanaman hias. Di sana ada burung, kolam air mancur dan patung-patung klasik bergaya Eropa.

Bangunan yang disebut Beranda Dalem (menghadap taman Pracimoyasa). Beranda ini bersudut 8, dengan perabotan Eropa termasuk tempat lilin yang cantik.

Di dindingnya berjejer kaca yang berbingkai emas. Sebelah beranda tampaklah kamar makan yang jendelanya kaca mosaik menggambarkan pemandangan alami Jawa. Terdapat pula ruang rias dan ganti putri kerajaan dengan kamar mandi yang cantik.

Pelancong dilarang memotret pada ruang Dalem Ageng. Di ruang tempat sesaji untuk Dewi Sri ini ada koleksi Pura Mangkunegaran berupa perhiasan, medali, keris sampai harimau asli yang diawetkan.

Baca Juga: Air Terjun Pandan Wangi, Pesona Keindahannya Tidak Mengecewakan Cocok untuk Berlibur Berdua dengan Motor

Taman Bale Warni ialah tempat para putri Mangkunegaran melakukankegiatannya, sedangkan bagi para putra Mangkunegaran tempannya bernama Bale Peni yang berupa area privat yang tidak boleh dimasuki pengunjung. Mangkunegara X tinggal dan beraktivitas di sini.

Ruang lain adalah Pracimoyoso yang berisi kursi berlapis emas. Ini merupakan ruang tempat kumpul keluarga Mangkunegaran.

Di ruang Pendopo Ageng berukuran 3.500 meter persegi ini, pelancong wajib melepaskan alas kakinya dan mulai merasakan dinginnya lantai marmer impor dari Italia. Ruang ini bisa menampung 10.000 orang.

Tiang-tiang persegi yang menyangga atap joglo berasal dari kayu pohon yang tumbuh di Hutan Kethu Wonogiri. Bangunan ini dibanygun tanpa paku dengan teknik khusus.

Lantai marmer itu awalnya berwarna putih tetapi menjadi kecokelatan sebab sempat terendam banjir setinggi 2 meter di tahun 1966 kecuali di bagian tengah dimana lantai marmernya tetap berwarna putih.

Saat memasuki Pendopo Ageng, traveler akan disambut alunan Gamelan Seton. Jenis alunan gamelan lain ialah Kanyut Mesem dan Kyai Pelipur Sari.

Ruang Pendopo Ageng dan Dalem Ageng yaitu bangunan induk istana ini dipisahkan oleh Paringitan.

Baca Juga: Inilah Pesona Wisata Qatar, Negara yang Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Pada belakang pendopo ada beranda terbuka yang diberi nama Pringgitan dimana ada tangga menuju Dalem Ageng, yaitu museum dengan luas 1.000 meter persegi, yang dulunya ialah ruang tidur pengantin kerajaan.

Di ruang makan keluarga raja nampak sebuah gading gajah dari Thailand yang berukir kisah Ramayana dan Mahabarata. Ukiran itu dibuat oleh seniman Bali dalam kurun waktu 20 tahun.

Tiket Masuk

Saat liburan sekolah, Pura Mangkunegara cukup ramai keluarga yang berlibur. Harga tiket masuk ialah Rp20.000 per orang. Seorang pemandu akan menjelaskan sejarah istana.

Setiap pengunjung akan dipinjami kain beserta tas guna menyimpan alas kaki sebab di area tertentu, pengunjung mesti mencopot sepatunya.

Pura Mangkunegaran ialah bangunan istana yang terawat, bersih dengan bangunan apik. Jam berkunjung adalah pukul sepuluh pagi sampai jam satu siang, setiap hari dibuka untuk wisata masyarakat umum.***

Disclaimer: INFOTEMANGGUNG.COM tidak mengujinkan artikel dicopy paste atau dilakukan sindikasi dengan alasan apapun.

Editor: Rian Dwi Atmoko

Sumber: solocity.travel


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah