Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4, Keutamaan, Tafsir, Serta Kandungannya

- 5 Juli 2023, 10:42 WIB
Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4, Keutamaan, Tafsir, Serta Kandungannya
Surat Al-Ikhlas Ayat 1-4, Keutamaan, Tafsir, Serta Kandungannya /Pexels.com / Alena Darmel/

INFOTEMANGGUNG.COM - Al-ikhlas adalah salah satu surat dalam al-Qur'an yang terdiri dari 4 ayat. Surat Al-Ikhlas diturunkan di Mekkah. Maka dari itu, surat ini tergolong surat Makkiyah dan  merupakan surat ke 112. 

Surat Al-Ikhlas diturunkan pertama kali untuk menjawab pertanyaan orang kafir mengenai Allah. Sebagaimana dalam hadis:

عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ أَنَّ الْمُشْرِكِينَ قَالُوا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ
Artinya: Dari Ubayy bin Ka’ab Radhiyallahu anhu bahwa orang-orang musyrik berkata kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sebutkan nasab Rabbmu kepada kami!” Maka Allâh menurunkan: (Katakanlah: “Dia-lah Allâh, yang Maha Esa). [HR. Tirmidzi, no: 3364; Ahmad, no: 20714; Ibnu Abi ‘Ashim di dalam as-Sunnah 1/297. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani]

Allah secara tegas menjawab pertanyaan orang-orang kafir melalui turunnya Al-Ikhlas. Berikut ini ayat dan terjemahan Al-Ikhlas 1-4.

Baca Juga: Menemukan Kesembuhan Dalam Iman, Inilah 4 Doa Rasulullah SAW Ketika Sedih dan Kecewa yang Bisa Kamu Amalkan

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾
Katakanlah, “Dia-lah Allâh, yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾
Allâh adalah Rabb Ash-Shamad.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Keutamaan Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Ikhlas memiliki beberapa keutamaan, antara lain:

1. Orang yang mencintai-Nya akan dicintai oleh-Nya

Jika kita mencintai Allah, maka Allah akan mencintai kita juga. Membaca Al-Ikhlas bisa dijadikan sebagai ungkapan rasa cinta kita terhadap Allah. Allah mencintai orang yang sering mengamalkan Al-Ikhlas. Sebagaimana dalam hadis:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ وَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِي صَلَاتِهِمْ فَيَخْتِمُ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ فَلَمَّا رَجَعُوا ذَكَرُوا ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ سَلُوهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ فَسَأَلُوهُ فَقَالَ لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ وَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبِرُوهُ أَنَّ اللَّهَ يُحِبُّهُ

Dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seorang laki-laki memimpin sekelompok pasukan (ketika mengimami shalat) dia biasa membaca di dalam shalat jama’ah mereka, lalu menutup dengan ”Qul huwallaahu ahad”. Ketika mereka telah kembali, mereka memberitahukan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka beliau berkata:  “Tanyalah dia, kenapa dia melakukannya?!” Lalu mereka bertanya kepadanya, dia menjawab: “Karena surat ini merupakan sifat Ar-Rahman (Allâh Yang Maha Pemurah), dan aku suka membacanya”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahukan kepadanya bahwa Allâh mencintainya”. [HR. Al-Bukhâri, no. 7375; Muslim, no. 813]

2. Sama seperti sepertiga al-Qur'an

Keutamaan lain surat Al-Ikhlas yaitu sebanding dengan sepertiga al-Qur'an. Seperti yang dikatakan dalam hadis Rasulullah SAW. berikut. 

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

Dari Abud Darda’, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Apakah seseorang dari kamu tidak mampu membaca sepertiga al-Qur’ân di dalam satu malam?” Para sahabat bertanya, “Bagaimana seseorang (mampu) membaca sepertiga al-Qur’ân (di dalam satu malam)?” Beliau bersabda: “Qul Huwallaahu Ahad sebanding dengan sepertiga al-Qur’ân.”  [HR. Muslim, no. 811]

Tedapat 3 makna Al-Qur'an diantaranya:
1. Hukum-hukum
2. Janji dan ancaman
3. Nama-nama dan sifat-sifat Allâh Azza wa Jalla

Surat Al-Ikhlas digolongkan ke dalam makna ketiga yakni berisi nama-nama dan sifat Allah. 

Tafsir Surat Al-Ikhlas

1. Ayat pertama

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

'Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa”'

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yakni: Dia Yang pertama dan Esa, tidak ada tandingan dan pembantu, tidak ada yang setara dan tidak ada yang menyerupai-Nya, dan tidak ada yang sebanding (dengan-Nya). Kata ini tidak digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allah Subhanahu wa Ta’ala , karena Dia Maha Sempurna dalam seluruh sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya”. [Tafsir Ibnu Katsir]

Para Ulama penyusun Tafsir al-Muyassar berkata, “Katakanlah wahai Rasul, ‘Dia-lah Allah Yang Esa dengan ulûhiyah (hak diibadahi), rubûbiyah (mengatur seluruh makhluk), asma’ was shifat (nama-nama dan sifat-sifat-Nya), tidak ada satupun yang menyekutui-Nya dalam perkara-perkara itu”. [Tafsir al-Muyassar, 11/96]

2. Ayat kedua

اللَّهُ الصَّمَدُ

'Allah adalah ash-Shamad.'
As-Shamad adalah salah satu nama dari Asm'ul Husna, sifat yang dimiliki oleh Allah. Penjelasan para ulama Salaf mengenai makna As-Shamad berbeda-beda, namun perbedaan tersebut masih bisa diterima. Perbedaan makna di kalangan para Salaf saling melengkapi. Keterangan ulama-ulama soal makna As-Shamad, diantaranya

  • Ibnu Abbas r.a., Ash-Shamad bermakna (Rabb) yang segala sesuatu menghadap kepada-Nya dalam memenuhi semua kebutuhan dan permintaan mereka.
  • Ali bin Abi Thalhah r.a., As-Sayyid (Penguasa) yang kekuasaan-Nya sempurna; as-Syarîf (Maha Mulia) yang kemuliaan-Nya sempurna; al-‘Azhîm (Maha Agung) yang keagungan-Nya sempurna; al-Halîm (Maha Sabar) yang kesabaran-Nya sempurna; al-‘Alîm (Mengetahui) yang ilmu-Nya sempurna; al-Hakîm (Yang Bijaksana) yang kebijaksanaan-Nya sempurna. Dia adalah Yang Maha Sempurna dalam seluruh sifat kemuliaan dan kekuasaan, dan Dia adalah Allâh Yang Maha Suci. Sifat-Nya ini tidak layak kecuali bagiNya, tidak ada bagi-Nya tandingan dan tidak ada sesuatupun yang menyamai-Nya. Maha Suci Allâh Yang Maha Esa dan Maha Perkasa.
  • Al-Hasan dan Qatâ, Yang Maha Kekal setelah semua makhluk-Nya binasa. Semua makhluk di dunia ini tak terkecuali akan binasa karena memiliki awal dan akhir, sementara Allah Swt tidak berawal tidak pula berakhir. Bahkan hingga musnahnya kehidupan di dunia ini serta segala penciptaannya, Allah tidak akan turut binasa karenanya, sebab Ia Maha Kekal.
  • Al-HasanAl-Hasan mengungkapkan bahwa makna Ash-Shamad yakni Al-Hayyu al-Qayyûm (Yang Maha Hidup, Maha berdiri sendiri dan mengurusi yang lain), yang tidak akan binasa. 
  • Ikrimah, tidak ada sesuatupun yang keluar dari-Nya dan Dia tidak makan. Berbeda dengan makhluk-Nya terutama manusia yang membutuhkan asupan berupa makanan demi bisa bertahan hidup. Jika makhluk-Nya tidak mendapatkan kebutuhan itu, maka akan menimbulkan komplikasi bagi dirinya sendiri, bahkan bisa mati karena kelaparan. Sementara Allah tidak membutuhkan semua itu dan mustahil mengalaminya.
  • Ar-Rabi’ bin Anas, Ash-Shamad adalah yang tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Allah Yang Esa dan bisa berdiri sendiri tanpa siapapun juga. Dia tidak memerlukan keturunan dan tidak memilikinya, berbeda halnya dengan makhluk-Nya.
  • Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Sa’id bin Musayyib, Mujahid, Abdullah bin Buraidah, ‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, ‘Atha bin Abi Rabbah, ‘Athiyah al-‘Aufi, adh-Dhahhak, dan as-Suddi, Ash-Shamad bermakna tidak berongga.
  • Asy-Sya’bi, Ash-Shamad berarti tidak memakan makanan dan tidak minum minuman. Pendapat ini hampir sama seperti yang diungkapkan Ikrimah.
  • Abdullah bin Buraidah, Ash-Shamad yaitu cahaya yang bersinar. 

Imam Thabarani rahimahullah berkata, “Semua makna ini benar, dan ini semua merupakan sifat Penguasa kita ‘Azza wa Jalla. Dia adalah tempat menghadap di dalam memenuhi semua kebutuhan, Dia adalah yang kekuasaan-Nya sempurna, Dia adalah ash-Shamad, yang tidak berongga, dia tidak makan dan tidak minum,  Dia adalah Yang Maha Kekal setelah makhlukNya (binasa)"

Baca Juga: Doa Setelah Sholat Tahajud Agar Cepat Dikabulkan oleh Allah SWT

Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah mengatakan bahwa lima makna Ash-Shamad termasuk perselisihan tanawwu artinya perselisihan sejenis dalam ungkapan, bukan perselisihan dalam makna. Semua pendapat ini kembali pada satu makna bahwa sifat Allah tidak membutuhkan apa yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya karena kesempurnaan-Nya.

Beliau juga berkata bahwa tidak perlu mengkhawatirkan pengingkaran sebagian salaf terhadap sebagian makna yang diriwayatkan oleh salaf-salaf ini. Demikian juga anggapan mereka bahwa perkataan para salaf ini tidak didukung oleh Lughah (bahasa Arab), karena itu adalah perkataan orang yang tidak memahami (kedudukan-pen) tafsir Salaf, dan dia tidak mengambil faedah ketetapan makna-makna lafazh lughah (bahasa Arab) dari tafsir salaf, Wallahu a’lam. [Tafsir Juz ‘Amma, 1/201, Syaikh Musa’id ath-Thayyâr]

3. Ayat ketiga

Berikut ini ayat dan terjemahan Al-Ikhlas ayat 3:

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ

'Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan'

Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah berkata, “Yaitu: (Allah) ini Yang berhak diibadahi, Dia tidak dilahirkan sehingga akan binasa. Dia juga bukan suatu yang baru yang didahului oleh tidak ada lalu menjadi ada. Bahkan Dia adalah al-Awwal yang tidak ada sesuatupun sebelum-Nya, dan al-Âkhir yang tidak ada sesuatupun setelah-Nya.” [Tafsir Juz ‘Amma, 1/77, Syaikh Musa’id ath-Thayyaar]

4. Ayat empat

Ayat terakhir surat Al-Ikhlas:

وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”

Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tidak ada seorangpun yang menyamai-Nya dalam seluruh sifat-sifat-Nya”. [Syarh Aqîdah Wasitiyah, hlm. 114, penerbit. Dar Ibnu Haitsam]

Syaikh Musa’id ath-Thayyâr hafizhahullah berkata, “Dan tidak ada tandingan yang menyamai-Nya dalam nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya.” [Tafsir Juz ‘Amma, 1/77, Syaikh Musa’id ath-Thayyâr]

Bantahan Anggapan Allah Memiliki Anak

Sudah merupakan kebenaran yang mutlak bahwa Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Maka, Allah Swt. membantah adanya paham atau anggapan bahwa Allah memiliki anak. Telah disampaikan oleh Allah melalui firman-Nya dalam kitab suci umat islam yakni al-Qur'an.

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ ۖ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

"Dia Pencipta langit dan bumi. bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Q.S.Al-An’am/6: 101)

Berdasarkan firman Allah di atas, Dia menegaskan tentang kekuasaan-Nya sebagai pencipta langit dan bumi. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan memiliki kuasa di atas segala-galanya. Tidak mungkin Ia memiliki anak sedangkan Allah tidak beristri. Tidak ada seorangpun ciptaan-Nya yang setara dengan Dia.

Beranggapan bahwa Allah memiliki anak merupakan suatu perbuatan yang cela. Sangat tidak pantas ada manusia yang mencela Tuhannya dan merupakan dosa besar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ أَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ إِنِّي لَنْ أُعِيدَهُ كَمَا بَدَأْتُهُ وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ أَنْ يَقُولَ اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا وَأَنَا الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُؤًا أَحَدٌ

Allâh berkata: “Anak Adam mendustakan-Ku, padahal dia tidak pantas melakukannya. Dia juga mencela-Ku, padahal dia tidak pantas melakukannya. Adapun pendustaannya kepada-Ku adalah perkataannya bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku telah memulai penciptaannya. Sedangkan celaannya kepada-Ku adalah perkataannya bahwa Aku memiliki anak, padahal Aku adalah Ash-Shamad, Aku tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan-Ku.” [HR. Bukhori, no. 4975]

Berkeyakinan bahwa Allah Swt. memiliki anak adalah suatu kemungkaran. Bahkan bisa mendatangkan celaka dan malapetaka. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا ﴿٨٨﴾ لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا ﴿٨٩﴾ تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ﴿٩٠﴾ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا

Dan mereka berkata, “Rabb yang Maha Pemurah mempunyai anak”.  Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menda’wakan bahwa Allâh yang Maha Pemurah mempunyai anak.  (Q.S.Maryam/19: 88-91)

Baca Juga: Makna Utama dari Takziah adalah Ungkapan Simpati yang Diberikan ketika Seseorang telah Meninggal Dunia

Allah Swt. Maha Pemurah. Berkat kemurahan-Nya, Dia tetap memberikan keselamatan dan rizki bagi siapapun yang berdosa telah menganggap Allah memiliki anak. Kelancangan manusia tersebut tak membuat Allah lantas membenci karena Allah memiliki kesabaran yang tiada batas. Dia masih menyayangi manusia yang telah berbuat sesuatu yang mengganggu-Nya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ أَحَدٌ أَوْ لَيْسَ شَيْءٌ أَصْبَرَ عَلَى أَذًى سَمِعَهُ مِنْ اللَّهِ إِنَّهُمْ لَيَدْعُونَ لَهُ وَلَدًا وَإِنَّهُ لَيُعَافِيهِمْ وَيَرْزُقُهُمْ

Tidak ada seorangpun yang lebih sabar daripada Allâh terhadap gangguan yang dia dengarkan. Sebagian manusia menganggap Allâh memiliki anak, namun Dia tetap memberikan keselamatan/kesehatan dan memberi rizqi kepada mereka. [HR. Al-Bukhâri, no. 6099; Muslim, no. 2804]

Betapa sabar, baik, dan pemurah-Nya Tuhan kita. Tiada tandingannya semua sifat Allah dengan manusia. Tidak ada yang sesempurna Allah. Berkat kebaikan-Nya, hingga kini kita masih diberikan kenikmatan-kenikmatan seberapa banyak pun dosa yang kita punya.

Kandungan Surat Al-Ikhlas

Surat ini memuat berbagai kandungan dan faedah yang agung, antara lain:

1. Penetapan sifat ahadiyyah (keesaan) bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala 
2. Penetapan sifat shamadiyyah bagi Allâh Subhanahu wa Ta’ala, yaitu sifat Allâh yang tidak membutuhkan perkara yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya, karena kesempurnaan kekuasaan-Nya
3. Mengenal Allâh dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya
4. Penetapan tauhid dan kenabian
5. Kedustaan orang yang menganggap Allâh Subhanahu wa Ta’ala memiliki anak
6. Kewajiban beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala semata, karena hanya Dia yang memiliki hak untuk diibadahi

Ulasan ini tak hanya sekadar memberikan informasi mengenai hal yang berkenaan surat Al-Ikhlas, seperti maknanya, tafsirnya, serta kandungannya, tapi juga sebagai pengingat kita sebagai manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Kita hanyalah manusia yang selalu memerlukan Allah karena hanya kepada-Nya kita kembali.

Di samping itu, surat Al-Ikhlas juga memiliki keutamaan yang luar biasa. Allah mencintai orang yang selalu membaca surat Al-Ikhlas. Selain itu Al-Ikhlas setara dengan sepertiga Al-Qur'an. Maka dari itu, mari kita amalkan mulai dari sekarang surat ini dalam kehidupan kita.

Semoga dengan adanya informasi ini, bisa memberikan kesadaran di hati kita betapa besarnya kekuasaan Allah dan betapa sempurnanya Ia. Dengan adanya kesadaran tersebut, bisa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada-Nya sehingga kita senantiasa dekat dengan-Nya.***

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: almanhaj.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah