Mengenal Politik Apartheid: Sistem Politik Pemisahan Rasial di Afrika Selatan dan Perlawanannya

4 Juli 2023, 15:34 WIB
Mengenal Politik Apartheid: Sistem Politik Pemisahan Rasial di Afrika Selatan dan Perlawananny /Pexels.com / Paweł L/

INFOTEMANGGUNG.COM - Apartheid adalah sebuah sistem politik yang diberlakukan di Afrika Selatan dari tahun 1948 hingga 1994. Kata "apartheid" berasal dari bahasa Afrikaans yang berarti "pemisahan". Sistem ini didasarkan pada pemisahan rasial yang ketat, dengan tujuan menjaga supremasi rasial orang-orang kulit putih di negara tersebut.

Pada tahun 1948, Partai Nasionalis yang didominasi oleh orang Afrikaaner memenangkan pemilihan umum di Afrika Selatan. Mereka segera menerapkan kebijakan apartheid sebagai landasan hukum negara.

Kebijakan apartheid menegaskan bahwa orang-orang kulit hitam, kulit cokelat, dan orang Asia harus dipisahkan secara hukum dan sosial dari orang-orang kulit putih.

Baca Juga: Daftar Negara Ini Menganggap Bahasa Indonesia Menjadi Penting, Alasannya Karena TKI

Apartheid menciptakan struktur hukum dan kebijakan yang membatasi hak-hak warga negara non-kulit putih.

Pemerintah mendirikan undang-undang yang membagi penduduk menjadi empat kelompok rasial:

1. kulit putih
2. kulit hitam
3. kulit cokelat (keturunan campuran)
4. orang Asia

Setiap kelompok memiliki status hukum yang berbeda dan diperlakukan secara berbeda di berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, perumahan, pekerjaan, dan pernikahan.

Orang-orang kulit putih diberikan hak-hak penuh dan mendapatkan keuntungan ekonomi yang signifikan. Mereka memiliki akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan yang berkualitas, dan kesempatan pekerjaan yang lebih baik. Mereka juga memiliki hak untuk memilih dan terlibat dalam kegiatan politik.

Di sisi lain, orang-orang kulit hitam, kulit cokelat, dan orang Asia menghadapi diskriminasi sistematis. Mereka dilarang tinggal di daerah pemukiman orang kulit putih dan harus tinggal di pemukiman terpisah yang disebut "townships" atau "homelands".

Baca Juga: Bikin Geleng-geleng Kepala, Ini Dia 6 Kota Dengan Tingkat Pendosa Tertinggi Di Dunia, Nomor 4 Beneran Ngga Sih

Akses mereka ke layanan publik seperti pendidikan dan perawatan kesehatan sangat terbatas. Hukum-hukum yang diberlakukan secara ketat mengatur perjalanan dan perpindahan mereka.

Kebijakan pendidikan apartheid sangat memengaruhi generasi muda non-kulit putih. Sekolah-sekolah kulit putih menerima dana yang jauh lebih besar dan menawarkan kurikulum yang lebih baik, sementara sekolah-sekolah non-kulit putih sering kali menerima dana yang minim dan menawarkan pendidikan yang buruk. Hal ini mengakibatkan kesenjangan pendidikan yang signifikan antara ras-ras yang berbeda.

Apartheid juga mempengaruhi ekonomi negara. Undang-undang memberikan keuntungan ekonomi kepada orang kulit putih dan menghalangi akses orang non-kulit putih ke pekerjaan yang layak. Mereka diperlakukan sebagai tenaga kerja murah dan dipaksa hidup dalam kondisi kemiskinan.

Namun, kebijakan apartheid mendapat perlawanan dari berbagai kelompok dalam dan luar negeri. Gerakan anti-apartheid berkembang pesat, termasuk African National Congress (ANC) yang dipimpin oleh tokoh terkenal seperti Nelson Mandela.

Gerakan ini memobilisasi rakyat, melalui protes, boikot, kampanye internasional, dan kegiatan lainnya untuk melawan sistem apartheid.

Baca Juga: Daftar 3 Bahasa yang Mempunyai Umur Paling Lama Sepanjang Sejarah

Pada tahun 1990, Presiden Afrika Selatan saat itu, F.W. de Klerk, mengumumkan pencabutan sebagian besar undang-undang apartheid dan melepaskan sejumlah tahanan politik termasuk Nelson Mandela.

Negosiasi politik yang intens berlangsung, dan pada tahun 1994, diadakanlah pemilihan umum yang demokratis di mana orang kulit hitam diperbolehkan memilih dan terpilih untuk pertama kalinya. ANC memenangkan pemilihan tersebut dan Nelson Mandela menjadi Presiden pertama Afrika Selatan yang demokratis.

Dengan berakhirnya apartheid, Afrika Selatan berusaha membangun negara yang inklusif dan merangkul keragaman rasial. Namun, warisan apartheid masih ada hingga saat ini.

Ketimpangan sosial, ekonomi, dan pendidikan antara ras-ras yang berbeda masih merupakan tantangan yang harus dihadapi negara tersebut. Upaya terus dilakukan untuk mencapai rekonsiliasi dan memperbaiki kesenjangan yang ada sebagai bagian dari proses pemulihan dan pembangunan nasional.***

Editor: Kun Daniel Chandra

Sumber: sahistory.org

Tags

Terkini

Terpopuler