Kiamat Bank Kian Nyata, Ini Jumlah Bank yang Terancam Tutup Akibat Digitalisasi

24 Mei 2022, 13:07 WIB
Maraknya layanan serba digital ternyata membawa ancama kiamat bank di Indonesia. /Megan Rexazin/

InfoTemanggung.com - Fenomena akselerasi transformasi perbankan digital membuat jumlah kantor bank di Indonesia semakin signifikan. Tercatat ribuan kantor bank di Indonesia terancam mengalami penurunan transaksi secara offline.

Kejadian tersebut dibuktikan dengan masifnya pemanfaatan digital banking yang kini mulai terjadi. Sehingga, beberapa kantor bank menjadi terdampak pada percepatan fenomena kiamat kantor bank di Indonesia.

Hanya dalam rentang waktu yang sangat singkat, fenomena penurunan jumlah kantor cabang bank kian meningkat. Tercatat sebanyak 2.593 jaringan kantor cabang yang telah mengalami penurunan selama kurun waktu lima tahun.

“Terkait akselerasi transformasi digitalisasi, fenomena penurunan jaringan kantor bank dari tahun 2017 hingga 2021 sejumlah 2.593 kantor mengalami penurunan,” ucap Teguh Supangkat, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK dilansir dari Antaranews.com.

Baca Juga: Link Streaming Final Liga Champions Liverpool Vs Madrid 2022

Ia menambahkan, telah terjadi peningkatan transaksi mobile dan internet banking hingga mencapai 300 persen yang terjadi selama 2016 sampai 2021. Di mana, internet banking mengalami kenaikan sebesar 50 persen.

“Selain itu yang naik cukup signifikan adalah transaksi uang elektronik dari 2015 hingga 2020 ini meningkat hampir 40 persen dari Rp5,28 triliun menjadi Rp204,9 triliun,” sambungnya.

Tidak hanya itu, layanan perbankan elektronik dan perbankan digital juga terpantau mengalami kenaikan. Dari hanya 85 layanan saja di tahun 2018 meningkat menjadi 124 layanan perbankan elektronik dan digital di tahun 2020.

“Termasuk di sini peningkatan layanan digital on boarding dimana terdapat 18 bank yang melayani layanan digital on boarding tanpa tatap muka langsung,” imbuh Teguh.

Lebih lanjut, dia juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki potensi pertumbuhan e-commerce tertinggi di ASEAN, yakn8 mencapai Rp124 miliar dolar AS. Bukan tanpa sebab, kenaikan tersebut memang telah didukung potensi pasar serta transaksi keuangan digital yang terus meningkat.

Teguh juga menyatakan, bukan hanya berkah yang didapat, namun sektor keuangan ternyata juga ketiban kerugian yang tidak sedikit. Pasalnya, peningkatan transaksi digital juga ikut meningkatkan serangan siber hingga mencapai dua kali lipat.

“Oleh karenanya, dengan adanya transformasi digital, mau tidak mau kita harus menyiapkan manajemen risiko terkait serangan siber tersebut,” pungkasnya.

Sekadar diketahui, OJK telah menyiapkan strategi dalam pengembangan perbankan yang lebih komprehensif lagi. Hal tersebut dilakukan karena OJK membaca peluang cemerlang dari fenomena digitalisasi perbankan. Dimana tentunya memerlukan strategi yang tepat.

Dengan strategi yang dibuat OJK ini diharapkan mampu untuk mencapai goal perbankan nasional yang resilience, memiliki daya saing dan kompetitif. Dalam hal ini, OJK telah menyiapkan strategi terbaik yang dituangkan dalam Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia 2020-2025.***

Editor: Siti Juniafi Maulidiyah

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler